Jumat, 25 Juni 2010

B.I.JURNALISTIK

BAB I
BAHASA INDONESIA JURNALISTIK

1.1 Apa Itu Bahasa Jurnalistik ?

Bahasa jurnalistik seolah-olah dianggap sebagai bahasa lain yang tak pantas dilirik.Padahal bahasa yang digunakan para pewarta pun bahasa Indonesia.

Menurut Wojowosito (via Anwar.1984:1) bahasa jurnalistik yang baik haruslah sesuai dengan norma tata bahasa yang antara lain terdiri atas susunan kalimat yang benar , pilihan kata yang cocok.Konsultan pusat bahasa M.Moeliono mengatakan bahwa laras bahasa jurnalistik tergolong ragam bahasa baku.

Yang membedakan bahasa jurnalistik dengan bahasa Indonesia baku adalah pada penggunaannya .karena digunakan sebagai media penyampaian informasi,bahasa yang digunakan di media massa memiliki kekhasan tersendiri dibandingkan dengan bahasa yang digunakan untuk keperluan lain.Rosihan Anwar mengatakan “Bahasa Jurnalistik mempunyai sifat khas,yaitu singkat,padat,sederhana,jelas,lugas dan menarik.”Moeliono menambahkan bahwa bahasa jurnalistik memiliki kekhasan diksi yang dicirikan oleh upaya ekonomi kata ,kekhasan pengalimatan yang ditandai oleh pemendekan kalimat.

Menurut badudu bahasa jurnalistik itu harus sederhana,mudah dipahami,teratur dan efektif.sederhana dan mudah dipahami berarti menggunakan kata dan struktur kalimat yang mudah dimengerti pemakai bahasa umum.teratur berarti setiap kata dalam kalimat sudah ditempatkan sesuai dengan kaidah.efektif haruslah tidak bertele-tele,tetapi juga tidak hemat sehingga maknanyamenjadi kabur.

Jadi bahasa jurnalistik adalah bahasa yang digunakan oleh pewarta atau media massa untuk menyampaikan informasi.bahasa dengan cirri-ciri khas yang memudahkan penyampaian berita dan komunikatif.

1.2 Bahasa Jurnalistik diantara Ragam dan Laras Bahasa Lain

Bahasa jurnalistik adalah sebuah laras bahasa.dan bahasa jurnalistik diharapkan mampu menjembatani antar laras bahasa itu.Dengan kata lain,pewarta dapat bereksplorasi dengan laras bahasa lain sehingga bahasa yang digunakan lebih variatif dan enak dibaca.
Disamping Itu bahasa jurnalistik harus akrab dengan ragam kedaerahan atau dialek.Sebab bahasa yang dipakai untuk menyampaikan informasi tentang suatu peristiwa di daerah tertentu dapat lebih berwarna.Informasi dapat lebih dipahami dan pembaca menyadari bahwa peristiwa tersebut terjadi disuatu tempat.

Bahasa yang digunakan media massa bersandar kepada bahasa baku,tetapi pemakaian bahasa baku dimedia massa memang berbeda.Struktur kalimatnya lebih longgar,tidak normative.Pilihan katanya pun lebih bebas,tanpa beban perihal kebakuannya.Yang menyebabkannya adalah karena bahasa jurnalistik harus bertutur dengan santai,meskipun harus tetap memperhatikan norma-norma kebahasaan.


1.3 Bahasa Jurnalistik dan Sastra

Kebebasa penggunaan bahasa di media massa sempat membuat iri para sastrawan.Karena itu sastrawan lantas ramai-ramai menjadi wartawan.

Bahasa dalam tulisan jurnalistik masa kini lebih kaya warna.Bahasa jurnalistik tidak lagi menjadi bahasa yang kering yang Cuma bertugas menyampaikan informasi.Penulis berita bukan Cuma memilih kata yang tepat agar penyampaian berita tepat sasaran,melainkan juga agar menimbulkan efek bunyi yang enak(eufoni).

Hasan Junus mengatakan, suatu tulisan akan dipandang benar-benar sebagai karya sastra ketika dipandang dari sudut sastra.Tetapi,ketika dipandang dari sudut jurnalistik,tulisan itu benar-benar menjadi karya jurnalistik.

1.4 Bahasa Jurnalistik dan Masyarakat

Bahasa jurnalistik adalah cerminan bahasa masyarakat.Bahasa yang dipakai media massa adalah bahasa bahasa yang hidup atau dipakai dimasyarakat.Namun,Harimurti Kridalaksana guru besar linguistic yang terjadi kini justru bahasa media massa dipakai sebagai model penggunaan bahasa.Bukti bahwa media massa mampu membentuk opini masyarakat.

Awal era reformasi ini media lebih banyak menggunakan kosa kata yang lebih tegas.Selain itu kosa kata yang bersifat barbar juga menghiasi halaman media massa kita.Hal ini terjadi merupakan euphoria politik karena yang selama ini terbendung sekarang bobol.semua yang dulu dihalus-haluskan (eufemisme),sekarang dibuka blak-blakan.

Perubahan ini adalah suatu yang wajar,sebab dinamika kehidupan bahasa Indonesia memang tidak dapat dilepaskan dari dinamika social politik.Bhasa Indonesia tidak dapat lepas dari perubahan masyarakat.
Dinamika perubahan itulah yang dipakai media massa.segala perubahan dalam masyarakat cepat diserap.

Jadi antara media massa dan masyarakat terjadi saling mempengaruhi.masyarakat mungkinterdistorsi oleh kesalahan penggunaan bahasa media massa,tetapi media massa membantu perkembangan bahasa masyarakat.

1.4.1 Beberapa Kesalahan yang Diikuti Masyarakat

Kesalahan paling mencolok dari media massa dan yang kemudian diikuti masyarakat adalah pemakaian kata.Masyarakat yang kurang begitu memperhatikan bahasa pasti tidak terlalu peduli mana yang betul dari bentuk kembar resiko-risiko,sekedar-sekadar,cidera-cedera,film-filem,teve-tivi-TV.Sebab media massa mengejanya pun begitu.

Kesalahan pada struktuk kalimat begitu banyak sekali yaitu membuat kalimat tanpa subjek,memulai kalimat dengan kata depan,terbawanya struktur bahasa lisan dalam bahasa tulis.

Suroso agak sengit menyebutkan penyimpangan media massa yang lain adalah penghilangan imbuhan dalam dalam judul berita.yang dihilangkan imbuhannya adalah kata kerja aktif.misalnya,Amerika bom Irak yang mestinya amerika mengebom Irak.Namun,sesungguhnya penghilangan imbuhan dalam judul merupakan satu-satu penyimpangan yang boleh dilakukan.ini merupakan kesepakatan tidak tertulis antara insane pers.

Anhar Gonggong mengatakan “Media pada dasarnya juga alat mendidik.dengan bahasa yang baik dan tepat,apa yang dimaksud akan dengan mudah dan cepat dipahami.”
Yang kerap terjadi di media massa kita adalah penyalinan,tanpa mengubah sedikit pun,bahasa lisan menjadi bahasa tulis.ini merupakan kecerobohan besar,kecuali untuk kutipan langsung.Sebab, bagaimanapun,bahasa lisan lebih banyak cacatnya ketimbang bahasa tulis.


1.4.2 Sumbangan Terhadap Perkembangan Bahasa Indonesia

Media massa memang bukan sekedar dunia informasi,melainkan juga dunia bahasa.Karena itu ketika seseorang berniat menerjuni profesi jurnalistik maka sesungguhnya ia juga berniat menjadi seorang pejuang bahasa.
A
Sosok pejuang bahasapun diperlihatkan dengan jelas oleh Soemanang dan soedarjo Tjokrosisworo.Dua wartawan inilah yang menggagas kongres bahasa pertama (1938) di solo,jawa tengah.Jadi yang pertama-tama bukanlah guru atau ahli bahasa yang amat peduli terhadap perkembangan bahasa sehingga perlu diadakan kongres.





















BAB II
EJAAN DAN TATA TULIS MEDIA MASSA

2.1 Apa Itu Ejaan

Ejaan,menurut Harimurti Kridalaksana adalah penggambaran bunyi bahasa dengan kaidah tulis-menulis yang distandardisasi.Atau kaidah-kaidah cara bunyi-bunyi (kata,kalimat) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca.

Fungsi bahasa sebagai alat komunikasi,ejaan dapat dikatakan sebagai alat Bantu dalam komunikasi tertulis.berkomunikasi lisan banyak dibantu oleh intonasi dan mimic,dalam komunikasi tertulis digantikan oleh tanda baca dan bunyi-bunyi bahasa digantikan oleh huruf.
Pada hakekatnya ejaan adalah sebuah kesepakatan untuk menggunakan lambang bunyi tertentu agar dapat saling memahami.

2.2 Sejarah

Ejaan van ophuysen pertama kali berlaku pada 1901.Ejaan bahasa Melayu berdasarkan rancangan CH.A.Van Ophuysen,Engku Nawawi Soetan Ma’mur dan Mohammad Taib Soetan Ibrahim.Penyempurnaan terhadap ejaan ini terus dilakukan diantaranya pada 1938,ketika kongres bahasa Indonesia pertama disolo,ejaan Indonesia lebih diinternasionalkan.

Huruf-huruf peninggalan ejaan van ophuysen yang dapat kita kenalin diantaranya ch,dj,sy,nj,sj,tj,oe,dan dikenalnya bunyi hamzah(‘).peraturannya seperti:penghilangan huruf antara w atara lain dalam kata koe,doeit,georaoean,penggunaan angka 2 untuk kata ulang yang kata-katanya diulang sepenuhnya tetapi tidak untuk kata ulang yang hanya diulang sebagian..Jadi laki-laki,koeda-koeda ditulis laki2,koeda2,tetapi berlari-lari,mematai-matai boleh ditulis berlari2,mematai2i.

Ejaan republic ditetapkan berdasarkan berdasarkan surat keputusan no.264/Bhg.A tanggal 19 Maret 1947 ketiks Soewandi menjadi Menteri pengajaran,pendidikan,dan kebudayaan.Upaya penyederhanaan dan penyelarasan atas ejaan yang sudah ada.

Beberapa perubahan yang dilakukannya,yaitu huruf e pepat (e’) cukup ditulis e,bunyi hamzah (‘) dihilangkan dan diganti dengan huruf k untuk sebagian kata.jadi ,tidak ada lagi kata ra’yat atau ta’pa,tetapi rakyat atau tapa,ulangan boleh ditulis dengan angka 2 tetapi harus dilihat bagian yang diulangnya,misalnya:mudah2an,berlari2an,me-mata2i.
Ejaan melindo (Melayu – Indonesia) diputuskan oleh siding perutusan Indonesia dan Malaysia yang di ketuai Slametmuljana (Indonesia) dan Syed Nasir bin Ismail (Malaysia)pada 1959.Merupakan tindak lanjut perjanjian persahabatan Indonesia dan Malaysia.Namun ejaan melindo urung di resmikan lantaran perkembangan politik.
Berdasarkan SK menteri pendidikan dan kebudayaan No.062/67 tanggal 19 september 1967 disahkan sebuah panitia Ejaan Bahasa Indonesia .panitia ini bertugas melanjutkan pekerjaan panitia Ejaan Melindo.

Oleh pemerintah Indonesia ,Ejaan Melindo diresmikan dengan nama Ejaan yang disempurnakan (EYD), setelah diseminarkan di puncak,jawa barat dan berdasarkan keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan tanggal 20 Mei 1972 No.03/A.1/72 dan keputusan presiden No.57 tahun 1972.Ejaan ini lebih disempurnakan pada 1987 berdasarkan keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan No.0543a/u/1987 tanggal 9 september. Itulah pedoman ejaan yang kita pakai sekarang.perubahan yang cukup mendasar pada EYD,yaitu tidak dipergunakannya lagi angka 2 untuk menuliskan bentuk ulang ; perubahan penulisan huruf j menjadi y,dj menjadi ny,ch menjadi kh,tj menjadi c,dan sj menjadi sy.
2.3 Ejaan Sehari-hari
Sebagai sebuah aturan,ejaan akan selalu berkembang bersama dengan perkembangan bahasanya.jadi penggunaan bahasa sehari-hari yang santai dalam media massa ya sah-sah saja.Cuma,menurut Anton Moeliono dalam harian berita buana (17 April 1991),santai tidak berarti menyimpang dari aturan.


2.4 Ejaan Media Massa

Penggunaan bahasa sehari-hari dalam media massa memang mempunyai seni tersendiri .Media massa berupaya menerjemahkan keseharian itu lewat pilihan kata dan tanda baca.Akibatnya,ejaan yang agaknya disiapkan untuk situasi formal menjadi kelabakan.Beberapa perubahan,penambahan,atau engurangan pada EYD terjadi karena media massa terkadang memanfaatkan suatu bagian ejaan sebagai style atau gaya.

2.4.1 Abjad
Abjad yang digunakan untuk menulis dalam media massa mengikuti abjad internasional sebagaimana yang tercantum dalam EYD,yaitu:

Huruf Nama Huruf Nama Huruf Nama
Aa A Jj Je Ss Es
Bb Be Kk Ka Tt Te
Cc Ce Ll El Uu U
Dd De Mm Em Vv Ve
Ee E Nn En Ww We
Ff Ef Oo O Xx Eks
Gg Ge Pp Pe Yy Ye
Hh Ha Qq Ki Zz zek
Ii i Rr er

2.4.2 Pemenggalan Kata

Aturan pemenggalan dalam bahasa Indonesia terdiri dari beberapa butir,yaitu:
1. apabila ada dua vocal berurutan atau dua konsonan berurutan ,pemenggalan dilakukan di antaranya .misalnya : caplok,ma-in.
2. jika di tengah kata ada huruf konsonan di antara dua vocal,pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan,misalnya sa-tu-tu-gas.
3. jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih,pemenggalan dilakukan diantara konsonan pertama dan konsonan kedua.misalnya: in-fra,sas-tra.
4. kata berimbuhan dipenggal dengan mempertahankan keutuhan kata dasarnya.misalnya: meng-ajar,bel-ajar.
5. tidak memenggal dengan menyisakan satu huruf.
Misalnya:
Tentu saja makanan itu akan lebih enak jika digulai. Sayangnya, makanan lezat ini tak disukai semua orang.
Secara umum kita dapat mengatakan bahwa pemenggalan kata mengikuti pemisahan suku kata dari kata yang bersangkutan.
Oleh media massa,aturan pemenggalan ini ditambah satu lagi: berusaha menuliskan secara utuh nama orang,perusahaan,atau instansi.

2.4.3 Huruf Besar atau Huruf Kapital

Huruf besar atau capital menurut EYD,di gunakan untuk:
1. huruf pertama kata pada awal kalimat dan petikan langsung
2. huruf pertama nama gelar kehormatan,keturunan,jabatan,pangkat,dan keagamaan yang diikuti nama orang atau instansi,lembaga,organisasi,atau nama tempat.
3. huruf pertama unsure nama bangsa,suku bangsa,bahasa dan geografi.
4. huruf pertama nama tahun,bulan,hari,hari raya,dan peristiwa sejarah.
5. huruf pertama nama Negara,lembaga pemerintah dan ketatanegaraan,nama dokumentasi resmi,nama buku,majalah,surat kabar dan judul karangan kecuali kata di,ke,dari,dan,yang,dan untuk yang tidak terletak diposisi awal.
6. huruf pertama setiap bentuk ulang sempurna-pengulangan sama persis antara kata yang diulang-dalam judul,nama buku atau dokumen.
Aturan yang ke-6 yang masih kurang dipatuhi media massa.
7. huruf pertama singkatan nama gelar,pangkat,dan sapaan.
8. huruf pertama penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman
9. huruf pertama kata ganti Anda
Media massa pemakaian huruf capital mendapat tambahan,yaitu untuk penulisan dengan memakai huruf capital secara menyeluruh dalam:
1. penulisan caption atau teks foto
Misal:
KORBAN DI SARAJEVO.Belum berakhir
SERASI DI RUANG KELUARGA.Komputer di pasar
2. kata pertama paragraph pembuka atau teras berita.
Misal:
Senin pagi pecan lalu,seperti biasa,imam buchori berangkat bekerja.Sopir mikrolet berkode GA,jurusan Terminal Arjosari-Gadang,Malang,ini menjalankan kendaraan birunya dengan santai
3. seluruh huruf baris pertama dari paragraph pembuka atau teras berita.
Misal:
“ITU MOBIL MEGAWATI,”KATA SEKERUMPUN ORANG begitu melihat sebuah VW Beetle warna biru 2.000 cc melintas di hadapan mereka.

2.4.4 Huruf Miring

Perkembangan pemakaian huruf miring di pers lebih banyak dibanding dengan di EYD.Dalam EYD hanya disebutkan tiga,yaitu:
1.Untuk menuliskan nama buku,majalah,dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan
2. Untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf,bagian kata,kata,atau kelompok kata
3. Untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing
Oleh media massa diperkaya lagi dengan:
1. untuk menulis nama media massa cetak maupun elektronik
Missal:
Siara langsung itu diselenggarakan RCTI.
2. untuk nama kapal dan pesawat
Missal:
Garuda mulai menerbangi Australia
KM Tampmas itu tenggelam
3. untuk tema atau judul seminar atau pameran
Missal:
Seminar Ketahanan Nasional dimajukan.
4. untuk menuliskan nama kantor berita
Missal:
Reuter memberitakan peristiwa itu
5. untuk menuliskan pertanyaan dalam tulisan yang berbentuk Tanya jawab
Missal:
Sampai kapan Anda akan menyanyi?
6. untuk menuliskan nama rubric dan nama program acara di teve.
Missal:
Menghadapi Idul Adha,16 Maret besok,AN-teve menyiarkan Paket
Idul Adha.Sedangkan TPI membuat acara Panggilan Illahi.

2.4.5 Huruf Tebal

1. untuk penulisan judul.
Missal:
Berenang di Lembah Investasi
2. untuk pertanyaan dalam suatu tulisan yang berbentuk Tanya jawab.
Missal:
Apa pembatasan itu tidak berdampak pada pembiayaan perbankan?
3. untuk penulisan nama tokoh public dalam rubric seperti Tokoh dan
Peristiwa di harian kompas.
4. Nama penulis atau pelapor dalam tubuh tulisan.ini misalnya dilakukan
Harian Republika.
5. untuk penulisan caption atau teks foto.
6. untuk lead alias teras berita dan penulisan subjudul

2.4.6 Tanda Baca

2.4.6.1. Tanda Titik (.)
1.Digunakan pada:

a. akhir kalimat
b. memisahkan angka jam,menit dan detik yang menunjukkan waktu.
c.memisahkan bilangan ribuan dan kelipatannya.
d. akhir singkatan gelar,jabatan,pangkat,dan sapaan.

2. Tidak digunakan untuk:

a.memisahkan bilangan ribuan atau kelipatan yang tidak menunjukkan jumlah.
b.akhir judul karangan,kepala ilustrasi,tabel dan sebagainya
c. di belakang (1) nama pengarang dan tanggal surat atau (2) nama dan alamat
penerima surat.

2.4.6.2 Tanda Koma (,)

1. memisahkan induk kalimat dari anak kalimat.
2.dalam kalimat majemuk setara yang menggunakan konjungsi tetapi,melainkan.
3.di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat posisi
Awal.
4.dibelakang kata-kata seruan
5.memisahkan petikan langsung dari bagian lain
6.menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya.
7.diantara tempat penerbitan,nama penerbit dan tahun penerbitan
8.di muka angka persepuluhannya.
9.untuk mengapit keterangan tambahan,oposisi,sisipan dan sebagainya
10.untuk menghindari salah baca
2.4.6.3 Tanda Titik Koma (;)

1.memisahkan bagian-bagian kalimat sejenis dan setara
2.sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat setara dalam
Kalimat majemuk.
2.4.6.4 Tanda Titik Dua (:)
1.pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian
2.sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
3.dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan
4.(i) di antara jilid atau nomor dan halaman,(ii) di antara bab dan ayat dalam kitab
Suci,(iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan,(iv) nama kota dan
Penerbit buku acuan dalam karangan
2.4.6.5.Tanda Hubung (-)
1.menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris
2.menyambung awalan dengan bagian kata dibelakangnya atau akhiran dengan
Bagian kata didepannya pada pergantian baris
3.menyambung unsure-unsur kata ulang
4.menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian tanggal
5.menjelaskan (i)hubungan bagian kata atau ungkapan dan (ii) penghilangan bagian kelompok kata
6.merangkai (i) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf capital,(ii)ke- dengan angka,(iii) angka dengan –an,(iv) singkatan berhuruf capital dengan imbuhan atau kata,dan (v) nama jabatan rangkap.
7.merangkai unsure bahasa Indonesia dengan bahasa asing.

2.4.6.6 Tanda Pisah (-)

1.membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat.
2.menegaskan adanya keterangan oposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi tegas
3.dipakai diantara dua bilangan atau tanggal dengan arti sampai ke atau sampai dengan.

2.4.6.7 Tanda Elipsis (…)

1.dalam kalimat yang terputus-putus
2.untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan
2.4.6.8. Tanda Tanya (?)

1.pada akhir kalimat Tanya.
2.untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau kurang dapat dibuktikan kebenarannya dan ditulis dalam kurung (?)

2.4.6.9 Tanda Seru (!)

Dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang
Menggambarkan kesunngguhan ketidak percayaan,ataupun rasa emosi yang kuat.

2.4.6.10.Tanda Kurung ((…))

1.mengapit tambahan keterangan atau penjelasan
2.mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan
3.menggapit keterangan huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan
4.mengapit angka atau huruf yang memperinci satu urutan keterangan.




2.4.6.11.Tanda Kurung Siku ([…])

1.mengapit huruf,kata,atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat yang ditulis orang lain.
2.mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.

2.4.6.12.Tanda Petik (“..”)

1.mengapit petikan yang tersusun didalam petikan lain
2.mengapit makna ,terjemahan,penjelasan kata atau ungkapan asing.

2.4.6.13 Tanda Garis Miring (/)
1.dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwin
2.sebagai pengganti kata atau tiap dan per

2.4.6.14.Tanda Penyikat atau Apostrof (‘)

Tanda ini digunakan untuk menunjukan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun

2.5 Beberapa Tambahan Tata Tulis Media Massa
2.5.1 Penulisan Baris Nama atau By Line

Nama penulis yang dicantumkan diawal tulisan ditulis tanpa titik dua (:) missal
Ole Setiawan Djodi
2.5.2 Penulisan Angka

1.umumnya angka satu sampai sembilan ditulis dengan huruf kecuali diikuti
Satuan hitung,satuan ukur,atau mata uang.Misal :
Rp 50,40 Kg,35 ha
2.dalam perincian angka satu sampai sembilan ditulis dengan angka.Misal:
Dia membeli 3 ekor sapi,5 ayam dan 7 bebek.

2.5.3 Penulisan Gelar Akademik

Gelar akademik yang lazimnya ditulis mengikuti nama orang cenderung tidak
Dicantumkan tetapi ditulis secara lengkap.Misal:
Ginandjar Kartasasmita masuk bursa calon wakil presiden.Namun,
Professor yang satu ini Cuma menyatakan,”saya cukup tahu diri”.

2.5.4 Penulisan Judul

Judul berfungsi sebagai kepala tulisan.Oleh karena itu harus padat,ringkas dan
Komunikatif.beberapa teknik penulisan judul.
1.Pilihlah kata-kata yang berkembang di masyarakat.
2.Kata-kata berbentuk pasif tidak boleh dihilangkan awalannya,karena akan
bermakna sebaliknya
3.jangan berupa kalimat,karena judul bukanlah kalimat,melainkan,klausa

2.5.4.1 Judul Majalah atau Tabloid

Judul majalah umumnya terdiri dari tiga hingga lima kata.Penulisannya
menggunakan pola (1) huruf besar dan kecil atau capital undercash (2)huruf besar
seluruhnya.Misal:
Obrak-abrik Tim Ekonomi Gus Dur

2.5.4.2 Judul Surat Kabar

Penulisan judul disurat kabar (1) huruf besar dan kecil(2)menyerupai
kalimat.Misal:
Presiden : Politisasi TNI jangan Diteruskan

2.5.4.3 Jenis Judul
2.5.4.3.1 Judul Puitis

Judul ini sangat menekankan keindahan permainan kata.Misal:
Tertangkap Basah sedang Mendesah

2.5.4.3.2 Judul Bombastis

Judul ini berbau provokasi dan ajakan.Misal:
Pecat saja Menteri yang Tidak becus

2.5.4.3.3 Judul Nyeleneh/Nyentrik

Judul ini merupakan judul yang mengomentari suatu peristiwa.Misal:
SBY Mendingan Bobok saja

2.5.4.3.4 Judul Analogi

Judul ini beranalogi pada ungkapan yang sudah sangat dikenal.Misal:
Habis Gelap,Terbitlah SBY

2.5.4.3.5 Judul Kutipan

Judul ini merupakan kutipan dari perkataan narasumber.Misal:
“Monorail harus Tetap Jalan,”Ujar Sutiyoso
2.5.4.3.6 Judul Prediksi

Judul yang merupakan prediksi terhadap peristiwa yang akan dihadapi.Misal:
Tahun Depan Indonesia Makmur
Judul yang memberi penjelasan tentang apa yang terjadi.Misal:
PresidenSBY Menjamu Bush di Bogor
2.5.5 Penulisan Nama
2.5.5.1 Nama Generik

Nama generic atau nama jenis adalah nama asal yang melekat pada suatu
benda,seperti radio,sepeda,internet,jam.penulisan harus tetap dalam huruf
kecil.Misal
Jeruk mandarin
Ayam Bangkok
2.5.5.2 Nama Lembaga

Penulisan nama lembaga hendaknya mengikuti ejaan nama lembaga
tersebut.kendati lembaga tersebut menggunakan ejaan lama,biarkan seperti
itu.Misal:
Universitas Gadja Mada bukan Universitas Gajah Mada

2.5.5.3 Nama Orang

1.Tuliskan nama sesuai dengan ejaan yang diberikan oleh yang bersangkutan.
Misal:
William Suryadjaya
2.penyebutan panggilan dalam tubuh tulisan sebagai berikut :
a. Untuk nama orang Indonesia cukup disebut nama depannya.contoh :Bambang
Subianto cukup dipanggil bambang
b. Untuk nama orang asing cukup disebut nama belakangnya,contoh Bill Clinton
cukup dipanggil Clinton
3.Unsur kata depan dalam nama harus ditulis dengan huruf kecil.contoh: Inge de
Bruijn,Dennis de Tray

2.5.5.4 Nama Geografi

Penulisan nama geografi dalam pers memang ada beberapa persoalan .Bagaimana
Menulis nama tempat atau kota dan nama Negara yang benar.Misal:
Tanah Abang atau Tanahabang dan New Zealand atau Selandia Baru


2.5.5.4.1 Nama Geografi Indonesia

Penulisan nama geografi Indonesia berpedoman pada Suara Keputusan
Pemerintah (SKP) No.50 Tahun 1922.
1.Semua nama tempat ditulis sebagai satu kata.Misal:
Tanjungpriuck Tanahabang kelapagading
Namun,bila ada dua nama tempat yang sama hanya dibedakan oleh
letaknya,penulisannya perlu dipisah.Misal
Tebet Timur Tebet Barat
2.Semua nama unsure geografi ditulis dengan dua kata.Misal:
Danau Singkarak Gunung Salak Kali Serayu

2.5.5.4.2 Nama Negara

Media massa disepakati untuk memakai kelaziman kita dalam menyebut nama
Negara .Misal:
Selandia Baru untuk New Zealand
Kanada untuk Canada

Tidak ada komentar:

Posting Komentar